By :

Admin

[Video] Berita Satu Transformasi Digital Maret 2019

  • Friday, Mar 8, 2019
  • by admin, 1229 Views

Di Era Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, Transformasi Digital di Indonesia di tahun 2019 akan seperti apa? Simak Trend Transformasi Digital di Indonesia di tahun 2019 Bersama Dr. Agus Tjandra yang akan mengupas tuntas transformasi digital saat ini.  

   

Read More

Agus Tjandra Peraih Asias Most Admired Technopreneur Award

  • Monday, Jul 23, 2018
  • by admin, 1495 Views

Di bisnis e-commerce, nama Agus Tjandra sudah tidak asing lagi. Dikenal sebagai pendiri sekaligus CEO situs belanja online Lojai.com, Agus juga tercatat aktif di idEA (Indonesia E-commerce Association). Di komunitas idEA tersebut, Agus dipercaya menempati posisi Wakil Ketua Umum. Mewakili idEA, ia banyak terlibat dalam sosialisasi tren belanja online di Tanah Air dan memberi masukan ke pemerintah.

CEO Lojai Agus Tjandra Menerima _Asia's Most Admired Technopreneur Award 2014_

CEO Lojai Agus Tjandra

Aktif di komunitas, tentu saja tidak membuat Agus melupakan bisnis yang sudah dirintisnya. Dalam mengembangkan bisnis Lojai.com, ia mampu menghadirkan inovasi baru. Antara lain, dengan mencetuskan ide belanja online dengan cicilan dan pilihan kartu kredit terbanyak. Buntutnya, Lojai.com terpilih sebagai satu dari 20 perusahaan yang mendapatkan penghargaan Rekor Bisnis 2014 di Indonesia. Kini, Lojai juga telah memberikan solusi untuk belanja dengan konsep “One Stop Shopping”, dengan menghadirkan produk Groceries unggulan dari P&G—seperti popok bayi Pampers, sampo Pantene, Gillete, pantyliner Whisper, hingga produk pewangi AmbiPur. Online department store dengan slogan ‘Solusi Belanja Ringan’ itu juga menyediakan produk suplemen kesehatan hingga parfum dengan harga terjangkau. Catatan prestasi lainnya yang diraih Agus adalah terpilihnya ia menjadi “Top 10 of Asia 2014: Asia's Most Admired Technopreneur Award”, sebuah ajang penghargaan bergengsi di Malaysia yang diselenggarakan oleh majalah Top 10 of Asia. Perhelatan tersebut dihadiri oleh perwakilan dari sejumlah negara Asia, seperti Jepang, Korea, Taiwan, Malaysia, Singapura, Filipina, Hongkong, Thailand, Arab Saudi, Tiongkok, India, dan Qatar. “Saya terkejut sekaligus merasa senang bisa terpilih mewakili Indonesia dalam ajang bergengsi ini. Saya terpilih melalui penilaian diam-diam (hidden investigation) yang dilakukan panitia, melewati ujian dan juga presentasi yang cukup ketat,” cerita Agus. Dalam beberapa tahun terakhir ini, Agus juga terlihat aktif menjadi pembicara bertema perkembangan e-commerce di sejumlah negara, seperti Malaysia dan Singapura, serta tentu di dalam negeri. Ayah empat anak itu, terakhir menjadi pembicara e-commerce di Kuala Lumpur. Source : http://mix.co.id/people-of-the-week/people/agus-tjandra-peraih-asias-admired-technopreneur-award     

Read More

The 8th Indonesia MICE Indonesia Outlook 2016 ~ Indonesia Go Digital & eCommerce

  • Sunday, Jul 22, 2018
  • by admin, 1596 Views

TANGERANG, KOMPAS.com - Forum para pelaku meeting, incentive, convention dan exhibition (MICE) kembali digelar. Indonesia MICE Outlook atau IMO ke-8 diselenggarakan di Indonesia Convention Center, Tangerang, Banten pada 1-2 Desember 2015. Tema kali ini "Semakin Banyak Event, Semakin Memakmurkan". "Potensi MICE Indonesia luar biasa tapi belum tergarap. Di acara tahunan ini kita berkumpul untuk membahas industri MICE di Indonesia," kata Pemimpin Utama Majalah Venue, Hendra Noor Saleh dalam sambutan acara pembukaan 8th Indonesia MICE Outlook 2016 di Indonesia Convention Exhibition, Tangerang, Selasa (1/12/2015). Beberapa tema yang akan dibahas pada forum ini di antaranya tentang proyeksi ekonomi Indonesia dan pengaruh terhadap industri pariwisata dan MICE, tren MICE pada 2016 di dunia internasional, potensi investasi destinasi wisata bahari di Indonesia, pemasaran destinasi wisata, dan masa depan industri MICE. Ada pun hal menarik yang akan dibahas pada 8th Indonesia MICE Outlook 2016 adalah sesi Road to INCEB (Indonesia Convention & Center Exhibition Bureau). Para pembicara yang ikut hadir dalam acara ini seperti praktisi pariwisata, pihak Kementerian Pariwisata, dan juga asosiasi pelaku pariwisata. Kegiatan IMO yang merupakan hasil kerja sama Majalah Venue, Kementerian Pariwisata, dan asosiasi ini juga digelar bersamaan dengan Indonesia Professional Organizer Summit (IPOS), yaitu ajang bisnis yang mempertemukan sellers dan buyers. Para sellers ini terdiri dari industri perhotelan, venue owner, destinasi, dan supplier event. Sedangkan buyers berasal dari kalangan profesional conference/exhibition organizer dan perusahaan biro perjalanan. Sama seperti pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya, pada akhir acara IMO, Majalah Venue menggelar malam penganugerahan Indonesia MICE Award. Ajang apresiasi terhadap insan MICE ini terdiri dari dua kategori: The Best MICE Award dan The Most Popular MICE Award. Terdapat 16 kategori penghargaan yang akan diberikan pada acara tahunan yang diselenggarakan oleh Majalah Venue ini. Source: https://travel.kompas.com/read/2015/12/01/180200327/Potensi.MICE.Indonesia.Luar.Biasa.tapi.Belum.Digarap.Optimal.

Read More

Inovasi Cicilan Online Agus Tjandra Global Branding Awards 2016

  • Sunday, Jul 15, 2018
  • by admin, 1514 Views

JAKARTA, 27 Mei 2016 – Ada kabar baik dari anak bangsa yang ikut mengharumkan nama Indonesia. Kali ini Chief Executive Officer (CEO) dan Founder of Installment Online dari Lojai.com Agus Tjandra berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi “Global Branding Awards 2016”. Penghargaan ini diberikan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 19 Mei 2016. Global Branding Awards ditujukan untuk memberikan penghargaan kepada brand dan perusahaan yang berkinerja luar biasa di berbagai sektor diselenggarakan oleh Global Brands Council dan The Leaders International Magazine, sebuah majalah bisnis yang berbasis di Malaysia. Penghargaan “Global Branding Awards 2016” diberikan kepada perusahaan lokal di setiap negara yang memiliki reputasi baik, dengan kriteria antara lain perusahaan/bisnis sudah berjalan lebih dari 5 tahun, CEO/Founder cukup dikenal baik di tingkat nasional maupun di internasional, pernah menjadi pembicara dalam forum nasional/internasional, mendapatkan penghargaan dari beberapa Instansi, memiliki ciri khas dan reputasi baik, serta konsisten dalam menjalankan bisnis ditunjang tim yang mumpuni. “Saya sangat bangga dapat mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional dimana perwakilan lebih dari 20 negara berkumpul, masing-masing mengusung keahlian khusus,” kata Agus Tjandra (41) mengomentari pencapaian ini. Sebelumnya, Agus mengaku menjalani seleksi dan sejumlah wawancara sebelum akhirnya diputuskan sejumlah dewan juri yang terdiri dari orang-orang berpengaruh layak mendapatkan penghargaan “Global Branding Awards 2016”. Global Branding Awards memilih insan kreatif yang melakukan pencapaian di bidangnya. Salah satu tokoh terkemuka yang pernah mendapatkan penghargaan “Global Branding Awards” adalah Jimmy Choo (Datuk Jimmy Choo/OBE Jimmy Choo Yeang Keat), seorang desainer Malaysia yang terkenal berkat karya-karya sepatunya yang mendunia dan dikenakan selebritas Hollywood. Agus Tjandra, Founder online department store Lojai.com yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum idEA (Indonesia Ecommerce Association/Asosiasi Ecommerce Indonesia) terpilih mendapatkan “Global Branding Award 2016” berkat prestasinya sebagai Pelopor dan Pencipta Cicilan Online di Indonesia. Ide cicilan online ini membantu pembeli meringankan pembayaran serta meningkatkan transaksi dengan pembayaran yang lebih ringan serta konsistensinya mengedukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai Ecommerce melalui toko online yang dibesutnya Lojai.com.   Dalam beberapa tahun terakhir, Agus Tjandra juga aktif menjadi pembicara mengenai perkembangan Ecommerce di sejumlah negara seperti Malaysia dan Singapura, serta tentu di dalam negeri. Bukan hanya merintis dan membesarkan Lojai.com, Agus Tjandra juga banyak terlibat mewakili idEA dalam sosialisasi tren belanja online di Tanah Air dan memberi masukan ke pemerintah. Agus menambahkan, penghargaan ini akan menjadi pelecut semangat untuk berbuat lebih baik lagi. Agus berharap, pencapaian ini akan menginspirasi anak muda Indonesia untuk berbuat lebih. Bisnis Online Harus Luwes Mengikuti Perubahan Di tengah perekonomian yang agak lesu, Agus Tjandra melihat bisnis ecommerce Indonesia akan berkilau. Sampai tahun 2015, Indonesia masih tetap menempati  posisi empat besar dalam jumlah populasi penduduk terbanyak di dunia. “Dibandingkan dengan jumlah toko online, masih belum sebanding. Pemain besar di pasar online masih bisa dihitung dengan jari, khususnya jika dibandingkan dengan sejumlah negara seperti  Cina, Amerika Serikat atau India,” kata Agus. Yang dibutuhkan toko online/marketplace agar bisa eksis dan mampu bersaing adalah melakukan metamorfosis, mengubah konsep menyesuaikan dengan perubahan zaman dan kebutuhan konsumen. “Yang tak mau berubah biasanya tidak berkembang dan selanjutnya mati,” kata Agus. Contoh penyesuaian yang dimaksud Agus misalnya,  menawarkan harga yang lebih rendah atau memberikan gratis ongkos kirim, promo khusus saat membeli produk/jasa online,  barang cepat sampai sehingga konsumen mendapatkan manfaat membeli secara online. Agus menandaskan, banyak orang awam menyangka bahwa Ecommerce haruslah menjual barang dalam bentuk fisik. Padahal sejatinya tidaklah demikian. Agus membagi  Ecommerce menjadi dua bagian, yaitu: 1.Ecommerce Shopping Products (Fisik maupun Digital). Yang termasuk kategori ini antara lain belanja barang secara fisik, misalnya membeli pakaian, gadget, kosmetik secara online. Namun bisa juga belanja tidak berwujud benda fisik, namun berupa produk digital, misalnya musik, games atau bahkan e-book. 2. Ecommerce Services (Jasa) Termasuk dalam kategori ini misalnya jasa transportasi online (Go-Jek, Uber, Grab, dan lain-lain), pemesanan tiket, AirBNB, jasa pengantaran makanan dan sebagainya. Ke depannya, menurut Agus,  semuanya akan bermuara ke mekanisme O2O (Offline to Online) apapun bentuk bisnisnya. “Saya prediksikan 10 tahun ke depan Ecommerce bukanlah kata yang cool lagi, namun akan menjadi hal biasa dalam keseharian masyarakat,” kata Agus. Untuk meningkatkan daya saing, mereka yang berniat merintis bisnis toko online dengan modal tak terlalu besar harus memenuhi sejumlah kriteria, antara lain harus unik, meningkatkan layanan, dan tak kalah penting adalah menghindari ‘head to head’ dengan pemain besar dengan modal tak terbatas. Jika memungkinkan, carilah mitra strategis untuk meningkatkan kekuatan, serta senantiasa menjaga layanan yang baik untuk pelanggan. Agus mencontohkan, Lojai.com saat ini berupaya untuk menghindari ‘head to head’ dengan pemain besar dan sedang dalam proses penyesuaian dengan kondisi pasar yang dinamis. “Saat ini Lojai.com masih tetap ada kerja sama dengan sejumlah bank dalam hal pembayaran transaksi online. Ke depannya Lojai.com akan berkolaborasi agar dapat melakukan pembayaran di semua convenience store, seperti Indomaret,” kata Agus. Agar tampil unik dan menjadi pembeda dengan toko online lainnya, Lojai.com menyediakan sejumlah item yang memang hanya dijual di toko online ini. Misalnya Health Fashion “MAQNVM” berupa gelang dan kalung yang mengandung unsur mineral seperti ion negatif,  Titanium, magnet maupun Germanium yang dipercaya dapat membantu stabilitas tubuh. Selain gelang dan kalung kesehatan, produk unik yang hanya ditemukan di Lojai.com adalah perlengkapan dapur merek  iKitchen seperti panci, Double Pan atau alat masak Wok Pan, buatan Korea serta produk suplemen dan vitamin Agus menambahkan, dalam waktu dekat Lojai.com akan bekerja sama dengan Groceries Mobile Apps papan atas dari Malaysia. Perusahaan Malaysia ini mengutamakan akses hanya melalui mobile saja, yaitu www.Jocom.my  (yang bisa diunduh di Android Market). “Mereka memiliki tehnologi  tinggi dan berpengalaman di sistem Ecommerce B2C, B2B maupun C2C maupun O2O Logistic & Warehouse, Accounting dan Analytic,” pungkasnya. (VW) Source : https://www.gulalives.co/inovasi-cicilan-online-antar-agus-tjandra-sabet-global-branding-awards-2016/

Read More

Mobile Money and Digital Payments Asia

  • Sunday, Jul 15, 2018
  • by admin, 1515 Views

Mobile Money and Digital Payments Asia returned for its sixth year in January, offering an opportunity for the industry’s key stakeholders to meet and share insight, opinions and strategy at the Ritz-Carlton Jakarta. On the first day of the event, the e-MITRA team attended The Digital Money Leaders’ Summit. The Summit is a gathering of specially selected senior executives from across the financial services and inclusion ecosystem. The open dialog inspired by the senior payment industry stakeholders raised some interesting projections and questions. Sunil Sachdev of Fiserv shared some of his views: “Bill payment in Indonesia is pretty robust; you can go to different agents in different cities to pay bills. It’s similar in Mexico – people still queue to pay their bills. Changing this consumer behavior is going to take some time,” he said. “Also, rural remittance is an issue which needs to be solved by digitalization. It covers 33 percent of all flows in Central America, South America, and Cambodia.” After the Summit session, we attended a panel discussion featuring Aung Aung of Myanmar Citizens Bank, Ellison Pidik of Bank of Papua New Guinea, and Pungky Wibowo of Bank Indonesia. Sunil Sachdev of Fiserv served as moderator. According to Pungky, there are several main challenges to implementing digital banking in Indonesia, including financial literacy, mobile phone penetration, and regulation itself. “The rate of financial literacy is quite low in Indonesia. How can we provide a comprehensive financial inclusion strategy for a country as big as this? Our country being an archipelago becomes another challenge we need to conquer,” he remarked. Ellison, Assistant Governor for Financial System Stability of the Bank of Papua New Guinea, then explained that most of the population in Papua New Guinea is unbanked. He said that they allow not only bank-led mobile money, but also products from telecommunication companies. “We just want to open the market and see which areas can work well. We have provided what we believe as framework,” he added. Meanwhile, Aung stressed that physical banking services don’t make sense in a country like Myanmar. The reason banks get into mobile money, he said, is because they realize that physical banking services are very expensive. “The challenges we’re facing are enormous. On the consumer side, we have less than 5% of banked population. We need infrastructure and when only 20% of the population is using mobile, we have a long way to go compared to other developing countries,” Aung said. The next generation of microfinance products On the second day, we participated in an interesting panel discussion moderated by Brian Dusza of USAID about the next generation of microfinance products. Competition between banks and microfinance institutions was one of the main topics. “For microfinance institutions, I think the best thing at the moment is working with telecommunication companies. I think they can work with banks in the future, but both parties need to see this not as a competition,” stressed panelistEky Amrullah of e-MITRA. Second panelist Andi Taufan Garuda Putra of Amartha Microfinance added that banks and microfinance institutions can complement each other in some ways. Andi also shared his experience in providing training for low-income communities. “In Amartha, before we lend money, we educate [recipients] about the importance of savings and how to manage multiple loans from different microfinance institutions. And then, we provide training continuously, every week. I think finance institutions must educate their clients before they provide loans,” Andi said. The discussion closed around the topic of how agent banking in Indonesia will look in the next five to ten years. Eky emphasized that in the future there will be a lot of agents that telecommunications companies can work with. “The challenge would be whether they can work with licensed institutions or not. Because in terms of branchless banking regulations, only banks can work with agents. Therefore, we can see that the challenge comes from the regulation side,” he said. How digital money shapes payment culture On the third and final day of Mobile Money and Digital Payments Asia 2015, Vijay Raghunathan of Panamax talked about cryptocurrency. He underlined that mobile money is introducing a lot of new business models requiring people to do more experiments, and that emerging economies are in fact going towards the digital world, though not at the rate we want them to. Agus Tjandra of lojai.com, Arnab Ghosh of Vietnam International bank, Makoto Shibata of The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, and Geert Warlop of True Group, Thailand, also sat as panelists to discuss how digital money is shaping payment culture. One of the topics in this panel is about what would be the best model in each of the panelists’ countries. The panel came to a conclusion that traditional financial institutions may find it hard to compete with new players who have new business models, and the competition will continue in the future. Source : https://solutionscenter.nethope.org/resources/mobile-money-digital-payments-asia-tackling-the-sectors-big-questions

Read More

[Video] Referensiana SunTv 2011

  • Wednesday, Jul 11, 2018
  • by admin, 1523 Views

Salah satu acara terpopuler di SunTv, Referensiana Mengundang Dr. Agus Tjandra yang merupakan salah satu pendiri eCommerce di indonesia, sebagai pembicara di acara tersebut, pada tanggal 28 April 2011. Acara tersebut memuat informasi terkini di tahun tersebut dan sebagai salah satu awal dari perkembangan dunia bisnis secara digital. Seperti apa videonya? silahkan simak dibawah ini :  

Referensiana 28 April 2011 Part 1

   

Referensiana 28 April 2011 Part 2

   

Referensianan 28 April 2018 Part 3

Read More