International

video image 2230

Inovasi Cicilan Online Agus Tjandra Global Branding Awards 2016

JAKARTA, 27 Mei 2016 – Ada kabar baik dari anak bangsa yang ikut mengharumkan nama Indonesia. Kali ini Chief Executive Officer (CEO) dan Founder of Installment Online dari Lojai.com Agus Tjandra berhasil mendapatkan penghargaan bergengsi “Global Branding Awards 2016”.

Penghargaan ini diberikan di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 19 Mei 2016.

Global Branding Awards ditujukan untuk memberikan penghargaan kepada brand dan perusahaan yang berkinerja luar biasa di berbagai sektor diselenggarakan oleh Global Brands Council dan The Leaders International Magazine, sebuah majalah bisnis yang berbasis di Malaysia.

Penghargaan “Global Branding Awards 2016” diberikan kepada perusahaan lokal di setiap negara yang memiliki reputasi baik, dengan kriteria antara lain perusahaan/bisnis sudah berjalan lebih dari 5 tahun, CEO/Founder cukup dikenal baik di tingkat nasional maupun di internasional, pernah menjadi pembicara dalam forum nasional/internasional, mendapatkan penghargaan dari beberapa Instansi, memiliki ciri khas dan reputasi baik, serta konsisten dalam menjalankan bisnis ditunjang tim yang mumpuni.

“Saya sangat bangga dapat mengharumkan nama Indonesia di tingkat internasional dimana perwakilan lebih dari 20 negara berkumpul, masing-masing mengusung keahlian khusus,” kata Agus Tjandra (41) mengomentari pencapaian ini.

Sebelumnya, Agus mengaku menjalani seleksi dan sejumlah wawancara sebelum akhirnya diputuskan sejumlah dewan juri yang terdiri dari orang-orang berpengaruh layak mendapatkan penghargaan “Global Branding Awards 2016”.

Global Branding Awards memilih insan kreatif yang melakukan pencapaian di bidangnya. Salah satu tokoh terkemuka yang pernah mendapatkan penghargaan “Global Branding Awards” adalah Jimmy Choo (Datuk Jimmy Choo/OBE Jimmy Choo Yeang Keat), seorang desainer Malaysia yang terkenal berkat karya-karya sepatunya yang mendunia dan dikenakan selebritas Hollywood.

Agus Tjandra, Founder online department store Lojai.com yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum idEA (Indonesia Ecommerce Association/Asosiasi Ecommerce Indonesia) terpilih mendapatkan “Global Branding Award 2016” berkat prestasinya sebagai Pelopor dan Pencipta Cicilan Online di Indonesia.

Ide cicilan online ini membantu pembeli meringankan pembayaran serta meningkatkan transaksi dengan pembayaran yang lebih ringan serta konsistensinya mengedukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai Ecommerce melalui toko online yang dibesutnya Lojai.com.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Agus Tjandra juga aktif menjadi pembicara mengenai perkembangan Ecommerce di sejumlah negara seperti Malaysia dan Singapura, serta tentu di dalam negeri.

Bukan hanya merintis dan membesarkan Lojai.com, Agus Tjandra juga banyak terlibat mewakili idEA dalam sosialisasi tren belanja online di Tanah Air dan memberi masukan ke pemerintah.

Agus menambahkan, penghargaan ini akan menjadi pelecut semangat untuk berbuat lebih baik lagi. Agus berharap, pencapaian ini akan menginspirasi anak muda Indonesia untuk berbuat lebih.

Bisnis Online Harus Luwes Mengikuti Perubahan

Di tengah perekonomian yang agak lesu, Agus Tjandra melihat bisnis ecommerce Indonesia akan berkilau. Sampai tahun 2015, Indonesia masih tetap menempati  posisi empat besar dalam jumlah populasi penduduk terbanyak di dunia.

“Dibandingkan dengan jumlah toko online, masih belum sebanding. Pemain besar di pasar online masih bisa dihitung dengan jari, khususnya jika dibandingkan dengan sejumlah negara seperti  Cina, Amerika Serikat atau India,” kata Agus.

Yang dibutuhkan toko online/marketplace agar bisa eksis dan mampu bersaing adalah melakukan metamorfosis, mengubah konsep menyesuaikan dengan perubahan zaman dan kebutuhan konsumen. “Yang tak mau berubah biasanya tidak berkembang dan selanjutnya mati,” kata Agus.

Contoh penyesuaian yang dimaksud Agus misalnya,  menawarkan harga yang lebih rendah atau memberikan gratis ongkos kirim, promo khusus saat membeli produk/jasa online,  barang cepat sampai sehingga konsumen mendapatkan manfaat membeli secara online.

Agus menandaskan, banyak orang awam menyangka bahwa Ecommerce haruslah menjual barang dalam bentuk fisik. Padahal sejatinya tidaklah demikian.

Agus membagi  Ecommerce menjadi dua bagian, yaitu:

1.Ecommerce Shopping Products (Fisik maupun Digital).

Yang termasuk kategori ini antara lain belanja barang secara fisik, misalnya membeli pakaian, gadget, kosmetik secara online. Namun bisa juga belanja tidak berwujud benda fisik, namun berupa produk digital, misalnya musik, games atau bahkan e-book.

2. Ecommerce Services (Jasa)

Termasuk dalam kategori ini misalnya jasa transportasi online (Go-Jek, Uber, Grab, dan lain-lain), pemesanan tiket, AirBNB, jasa pengantaran makanan dan sebagainya.

Ke depannya, menurut Agus,  semuanya akan bermuara ke mekanisme O2O (Offline to Online) apapun bentuk bisnisnya. “Saya prediksikan 10 tahun ke depan Ecommerce bukanlah kata yang cool lagi, namun akan menjadi hal biasa dalam keseharian masyarakat,” kata Agus.

Untuk meningkatkan daya saing, mereka yang berniat merintis bisnis toko online dengan modal tak terlalu besar harus memenuhi sejumlah kriteria, antara lain harus unik, meningkatkan layanan, dan tak kalah penting adalah menghindari ‘head to head’ dengan pemain besar dengan modal tak terbatas.

Jika memungkinkan, carilah mitra strategis untuk meningkatkan kekuatan, serta senantiasa menjaga layanan yang baik untuk pelanggan.

Agus mencontohkan, Lojai.com saat ini berupaya untuk menghindari ‘head to head’ dengan pemain besar dan sedang dalam proses penyesuaian dengan kondisi pasar yang dinamis.

“Saat ini Lojai.com masih tetap ada kerja sama dengan sejumlah bank dalam hal pembayaran transaksi online. Ke depannya Lojai.com akan berkolaborasi agar dapat melakukan pembayaran di semua convenience store, seperti Indomaret,” kata Agus.

Agar tampil unik dan menjadi pembeda dengan toko online lainnya, Lojai.com menyediakan sejumlah item yang memang hanya dijual di toko online ini. Misalnya Health Fashion “MAQNVM” berupa gelang dan kalung yang mengandung unsur mineral seperti ion negatif,  Titanium, magnet maupun Germanium yang dipercaya dapat membantu stabilitas tubuh.

Selain gelang dan kalung kesehatan, produk unik yang hanya ditemukan di Lojai.com adalah perlengkapan dapur merek  iKitchen seperti panci, Double Pan atau alat masak Wok Pan, buatan Korea serta produk suplemen dan vitamin

Agus menambahkan, dalam waktu dekat Lojai.com akan bekerja sama dengan Groceries Mobile Apps papan atas dari Malaysia. Perusahaan Malaysia ini mengutamakan akses hanya melalui mobile saja, yaitu www.Jocom.my  (yang bisa diunduh di Android Market).

“Mereka memiliki tehnologi  tinggi dan berpengalaman di sistem Ecommerce B2C, B2B maupun C2C maupun O2O Logistic & Warehouse, Accounting dan Analytic,” pungkasnya. (VW)

Source : https://www.gulalives.co/inovasi-cicilan-online-antar-agus-tjandra-sabet-global-branding-awards-2016/

Read More
video image 2348

Mobile Money and Digital Payments Asia

Mobile Money and Digital Payments Asia returned for its sixth year in January, offering an opportunity for the industry’s key stakeholders to meet and share insight, opinions and strategy at the Ritz-Carlton Jakarta.

On the first day of the event, the e-MITRA team attended The Digital Money Leaders’ Summit. The Summit is a gathering of specially selected senior executives from across the financial services and inclusion ecosystem.

The open dialog inspired by the senior payment industry stakeholders raised some interesting projections and questions. Sunil Sachdev of Fiserv shared some of his views:

“Bill payment in Indonesia is pretty robust; you can go to different agents in different cities to pay bills. It’s similar in Mexico – people still queue to pay their bills. Changing this consumer behavior is going to take some time,” he said. “Also, rural remittance is an issue which needs to be solved by digitalization. It covers 33 percent of all flows in Central America, South America, and Cambodia.”

After the Summit session, we attended a panel discussion featuring Aung Aung of Myanmar Citizens Bank, Ellison Pidik of Bank of Papua New Guinea, and Pungky Wibowo of Bank Indonesia. Sunil Sachdev of Fiserv served as moderator.

According to Pungky, there are several main challenges to implementing digital banking in Indonesia, including financial literacy, mobile phone penetration, and regulation itself.

“The rate of financial literacy is quite low in Indonesia. How can we provide a comprehensive financial inclusion strategy for a country as big as this? Our country being an archipelago becomes another challenge we need to conquer,” he remarked.

Ellison, Assistant Governor for Financial System Stability of the Bank of Papua New Guinea, then explained that most of the population in Papua New Guinea is unbanked. He said that they allow not only bank-led mobile money, but also products from telecommunication companies.

“We just want to open the market and see which areas can work well. We have provided what we believe as framework,” he added.

Meanwhile, Aung stressed that physical banking services don’t make sense in a country like Myanmar. The reason banks get into mobile money, he said, is because they realize that physical banking services are very expensive.

“The challenges we’re facing are enormous. On the consumer side, we have less than 5% of banked population. We need infrastructure and when only 20% of the population is using mobile, we have a long way to go compared to other developing countries,” Aung said.

The next generation of microfinance products

On the second day, we participated in an interesting panel discussion moderated by Brian Dusza of USAID about the next generation of microfinance products.

Competition between banks and microfinance institutions was one of the main topics.

“For microfinance institutions, I think the best thing at the moment is working with telecommunication companies. I think they can work with banks in the future, but both parties need to see this not as a competition,” stressed panelistEky Amrullah of e-MITRA.

Second panelist Andi Taufan Garuda Putra of Amartha Microfinance added that banks and microfinance institutions can complement each other in some ways. Andi also shared his experience in providing training for low-income communities.

“In Amartha, before we lend money, we educate [recipients] about the importance of savings and how to manage multiple loans from different microfinance institutions. And then, we provide training continuously, every week. I think finance institutions must educate their clients before they provide loans,” Andi said.

The discussion closed around the topic of how agent banking in Indonesia will look in the next five to ten years. Eky emphasized that in the future there will be a lot of agents that telecommunications companies can work with.

“The challenge would be whether they can work with licensed institutions or not. Because in terms of branchless banking regulations, only banks can work with agents. Therefore, we can see that the challenge comes from the regulation side,” he said.

How digital money shapes payment culture

On the third and final day of Mobile Money and Digital Payments Asia 2015, Vijay Raghunathan of Panamax talked about cryptocurrency. He underlined that mobile money is introducing a lot of new business models requiring people to do more experiments, and that emerging economies are in fact going towards the digital world, though not at the rate we want them to.

Agus Tjandra of lojai.com, Arnab Ghosh of Vietnam International bank, Makoto Shibata of The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, and Geert Warlop of True Group, Thailand, also sat as panelists to discuss how digital money is shaping payment culture. One of the topics in this panel is about what would be the best model in each of the panelists’ countries. The panel came to a conclusion that traditional financial institutions may find it hard to compete with new players who have new business models, and the competition will continue in the future.

Source : https://solutionscenter.nethope.org/resources/mobile-money-digital-payments-asia-tackling-the-sectors-big-questions

Read More
video image 2333

Bloomberg BusinessWeek, 1st Indonesia eCommerce Icon & Technopreneur

Siapa yang tidak mengenal Amazon.com? Toko online yang menjual buku-buku, film, game, CD, DVD, perangkat lunak dan perangkat keras komputer, serta produk-produk terkait gaya hidup itu begitu dikenal di Amerika Serikat. Bahkan, boleh dibilang Amazon merupakan toko ranah maya yang terbesar sekaligus kiblate-commerce global saat ini. Siapa pun yang membicarakan e-commerce, sulit rasanya mengesampingkan kebesaran Amazon.

Beberapa tahun lalu, perusahaan yang berbasis di Seattle, Washington, itu berhasil membukukan laba usaha senilai $862 juta dari pendapatan sebesar $48,07 miliar. Sampai kuartal pertama 2012, jumlah karyawannya telah mencapai 65.600 orang. Padahal, toko yang melayani permintaan dari berbagai penjuru dunia itu baru berumur 18 tahun. Dan, ketika mendirikannya pun Jeff Bezos masih tercatat sebagai karyawan di perusahaan investasi serta pengembangan teknologi DE Shaw & Co.

Sementara itu, di belahan wilayah yang lain, publik China begitu mendambakan Jack Ma. Ma semula adalah guru bahasa Inggris di Hangzhou Teachers College, Kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang. Pada 1999, Ma mengembangkan Alibaba.com, e-commerce berkonsepmarketplace yang diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan di mana pun berada yang ingin menjual atau membeli sebuah produk.

Dari situlah Ma dikenal dan dikenang. Sebab, Alibaba.com kini berhasil menarik sekitar 79 juta pengguna dari 240 negara. Situs yang kemudian berkembang menjadi Alibaba Group tersebut telah memiliki beberapa anak perusahaan, antara lain Taobao Marketplace, Tmall.com, eTao, dan Alibaba Cloud Computing. Apabila dijual saat ini, kelompok bisnis itu diramalkan bernilai $35 miliar atau setara dengan Rp300 triliun. Itulah yang membuat Ma dinobatkan sebagai Pemimpin Muda Global oleh World Economic Forum pada 2001.

Apa yang menjadi persamaan antara Amazon dengan Alibaba atau Jeff Bezos dengan Jack Ma? Amazon dan Alibaba sama-sama dikembangkan pada 1990-an. Sedangkan para pendirinya sama-sama lahir pada 1964. Yang menjadi pertanyaan, apa menariknya? Sepuluh tahun setelah kelahiran Bezos dan Ma, tepatnya 22 Agustus 1974, di Kota Palembang, Sumatera Selatan, lahirlah Agus Tjandra yang amat bermimpi menjadi Jeff Bezos atau Jack Ma-nya Indonesia.

Agus, demikian ia akrab disapa, menghabiskan masa kecil di kota kelahirannya. Ia baru merantau ke ibu kota Jakarta ketika melanjutkan studi ke Universitas Bina Nusantara pada 1993. Karena ingin mempelajari sistem informasi manajemen, ia mengambil jurusan Management Information Systems. Pada 1998, usai dinyatakan lulus dari kampus, ia mengawali kariernya dengan bergabung menjadi staf biasa di perusahaan eksportir seafood.

Di pabrik eksportir seafood tersebut, Agus mendapatkan banyak pelajaran yang berharga. Ia menjadi tahu pengelolaan bisnisnya, mulai dari mencari bahan baku hingga proses pengiriman ke pelanggan di luar negeri. Agus pun dipercaya menjadi overseas marketing untuk melayani pembeli dari Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa dengan posisi terakhir marketing manager.

Tapi, Agus tak bertahan lama. Ia “dibajak” oleh salah satu perusahaan international trading terbesar dari Jepang setahun kemudian untuk mengurusi kantor perwakilan yang baru dibuka di Jakarta. Tentu saja bebannya tak bisa dibilang ringan karena ia bertanggung jawab langsung kepada atasannya yang berasal dari kantor pusat. Selain itu, ia wajib membesarkan perusahaan tersebut yang masih berada di titik nol. Padahal, kala itu Indonesia sedang terpuruk akibat krisis ekonomi yang melanda.

Berbagai tantangan itu justru yang membuat Agus lekas memahami arti bisnis sebenarnya. Ia banyak belajar dari keadaan. Disiplin, selalu berpikir positif, dan terus memikirkan berbagai inovasi merupakan sedikit hal yang ia lakukan tanpa henti demi membesarkan perusahaan. Soal inovasi, misalnya, ia tak pasrah dengan sedikit klien. Ia rela mendatangi perusahaan-perusahaan nasional untuk mengajaknya memasarkan produk-produk mereka ke pasar mancanegara.

Karena itu, setiap bulan ia mengunjungi negara-negara potensial untuk mencari para pembeli produk-produk dari Indonesia. Tidak hanya seafood, ia memperbanyak dengan produk kopi, lada, atau apa saja yang sekiranya laku di pasar internasional. “Sehingga, hampir semua negara sudah pernah saya kunjungi, terutama China dan Hong Kong serta negara-negara di kawasan Eropa,” katanya.

Dan, yang paling berguna bagi penyuka pop mandarin dan jazz itu ialah menjadi mengerti bagaimana proses manajemen rantai pasokan (supply chain management) sebuah barang, mulai dari mencari penjual, menemukan dan melobi pembeli, mengirimkan, sampai mengatur pembayaran, dan lain sebagainya. Ia pun berpengalaman dalam membuka pasar-pasar baru. Pengalaman itulah yang membuat ia berpikir hal-hal baru, termasuk membuka bisnis sendiri.

Pada 2005, karena menyukai refleksi, Agus mencoba peruntungan di bisnis refleksologi. Tidak lama berselang, ia membuka gerai salon kecantikan bernama Salon Anna Wijaya di ITC Permata Hijau, Jakarta Selatan, atas hak waralaba dari Anna Wijaya, temannya. “Pada dasarnya, saya hobi berbisnis. Jadi, apa saja yang sekiranya menguntungkan, akan saya bisniskan,” ungkapnya. Walau sudah membuka bisnis sendiri, bukan berarti Agus telah keluar dari perusahaan international trading Jepang itu.

Agus baru mundur pada 2007 setelah jiwa bisnisnya semakin menggelora. Ia lantas mendirikan PT Agna Prosperindo Abadi, perusahaan penyedia katalog belanja bagi para nasabah perbankan. Prosesnya hampir mirip dengan perusahaan trading bahwa perusahaan tersebut mengimpor barang-barang bermerek asal Jepang, Amerika Serikat, China, Taiwan, dan Hong Kong untuk dipasarkan melalui katalog. Untuk menjalankan bisnisnya, ia menggandeng bank-bank penyedia kartu kredit.

Percaya atau tidak, dalam menjalankan bisnisnya itu, yang nota bener terkait kartu kredit, Agus hanya bermodalkan kartu kredit pula. Ceritanya, ketika menjadi international trader di perusahaan Jepang, ia sering mendapat tawaran kartu kredit. Jika orang lain sibuk menolaknya dengan berbagai alasan, ia malah selalu menerimanya. Bahkan, sampai saat ini memiliki 20 kartu kredit dari berbagai bank yang berbeda.

Berbekal kartu kredit itulah ia berbelanja barang-barang yang memungkinkan untuk dijual kembali melalui katalog. Fokus produknya adalah gadget, aksesori, peralatan rumah tangga, dan produk-produk penopang gaya hidup. Baginya, ada ceruk yang bisa dijadikan peluang bisnis sehingga ia berani melakukan dengan cara itu. “Memang harus berani,” ujarnya. “Mungkin kelebihan saya, saya bisa melihat tren yang akan terjadi di masa depan.”

Sekali waktu, ia mengimpor gelang kesehatan merek Magnvm dan memasarkannya melalui katalog yang ia buat. Tak disangka, permintaannya begitu membludak, bahkan meraih predikat Best Seller dari Bank Internasional Indonesia pada 2008. Atas kesuksesan itu, bank-bank lantas berlomba-lomba mengandeng Agnaprosperindo. Reputasi Agus dan perusahaannya pun semakin kinclong di mata kalangan perbankan. Sampai akhirnya tren belanja online mewabah di Indonesia dan ditangkap Agus dengan membuka toko PasarKredit.com.

Besarnya potensi pasar e-commerce nasional yang semakin tumbuh membuat Agus makin yakin untuk menyeriusi bisnis tersebut. Sayangnya, konsumen nasional terlalu gengsi untuk berbelanja di PasarKredit.com yang mengharuskan Agus mengubah namanya (rebranding) menjadi Lojai.com pada 2010. Lojai diambil dari bahasa Portugis yang bermakna Toko dengan konsep online department store. “Orang Indonesia itu malu kalau disebut barangnya kreditan. Makanya kami harus melakukan rebranding.”

Pasca-rebranding, Lojai.com langsung mendapat sambutan yang meriah dari pengguna internet di Tanah Air. Posisinya pun melesat mendekati Rakuten Belanja Online asal Jepang dan Blibli.com milik keluarga Djarum. Berbeda dari e-commerce lainnya, selain memasarkan lebih dari 100 merek-merek kelas menengah atas seperti Apple, Samsung, dan Sony, bahkan satu-satunya toko online yang dipercaya memasarkan merek St Dupont, Lojai.com menawarkan cicilan hingga 24 bulan dari 14 kartu kredit, baik MasterCard, Visa, maupun lainnya. Padahal, kompetitornya paling banyak hanya memiliki 2-3 pilihan kartu kredit.

Selain itu, kini Lojai.com sedang mempersiapkan diri berekspansi ke kawasan Asia Tenggara, khususnya Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Brunei Darussalam. “Di dalam negeri, saya yakin Lojai.com akan memiliki 9 juta pelanggan selama lima tahun ke depan,” kata Agus. “Dan, kalau memungkinkan, kami akan segera ekspansi ke luar negeri.” Barangkali itulah jalan bagi Agus untuk bisa disebut Jeff Bezos atau Jack Ma-nya Indonesia. “Obsesi saya ingin mencetak sejarah baru di dunia e-commerce Tanah Air,” kata penggemar film kungfu itu.[Bloomberg Businessweek Indonesia]

 

Read More
video image 2281

10times.com articles Asia eCommerce conference speakers

Agus Tjandra sebagai salah satu top Asia eCommerce conference speakers sebagaimana dikutip dalam 10times.com bersama dengan beberapa speakers terkemuka lainnya.

source : http://10times.com/asia-e-commerce-conference/speakers

Read More
video image 2262

Lojai.com Synergy with Bank BII (no MayBank)

【本报雅加达盾】管理lojai.com购物网的Agnaprosperindo Abadi有限公司,瞄准目前印尼650万个信用卡持有人为主要市场,并在五年内争取到900万个成员作为指标。

Agnasprosperindo Abadi 有限公司首席执行官Agus Tjandra称其购物网络已与14家国内银行与外国银行以及比其他购物网络合作,提供最完整的付款选项。

本周六, 他在雅加达对记者说:“迄今为止,我们是印尼电子商务的首个使用3D安全代号,作为保护机制与交易安全的零售商。”

他称达650万个信用卡持有人是很有潜力的市场基础。尤其是他们大部分是习惯于网上购物的网络用户。

“我们的商业基础与一些家银行合作,利用产品目录开始销售。通过Lojai.com发展网上商业是,除了宽阔的市场成员之外,以信用卡持有人的主要指标的扩展策略。”

阿古斯称迄今成员已扩散在一些地区,但是主要市场仍然是在爪哇的大成市,尤其是雅加达。以后,其公司努力扩大市场到爪哇岛以外,尤其是印度尼西亚东边区域。

“在五年内,我们也将开发在外国市场,尤其是东盟市场国家,包括文莱、越南、泰国与新加坡。”

电子交易观察家Purjono Agus Suhendro称预测2015年印尼电子商业的市场价值比2010年同期3490万美元,增加到1亿8080万美元,

“2010年到2015年网络用户从3960万个大幅增加到1亿4500万个来说,印尼电子市场成为外国投资者窃视的目标。他们甚至收购我国一些网上购物的网络。”

Source : http://www.shangbaoindonesia.com/indonesia-finance/650万个信用卡持有人为其中对象-lojai购物网争取成员900.html

Read More
video image 2279

Agus Tjandra As Overseas eCommerce Speaker in Malaysia

KUALA LUMPUR, MalaysiaOct. 20, 2014 /PRNewswire/ — RebleX Business Group and Multimedia Development Corporation (MDeC) will hold its 4th Asia eCommerce Conference 2014 at The Royale Chulan Hotel, Kuala Lumpur, on 28th October 2014. Featuring 12 renowned e-commerce business leaders around the world, it leads and highlights discussions on the latest developments of e-commerce and how retail business can increase sales growth through digital business.

Participants of the conference can expect to glean latest eCommerce insights and digital strategies from Qusai Sarraf (CEO of IVIS Group), Dr. Arne Jeroschewski (Vice President, Corporate Development, DHL eCommerce Asia Pacific), Bruno Goveas (Director of Products – APAC& Japan at Akamai Technologies) and Marcelo Wesseler (CEO of SP Commerce).

Hailing from diverse business backgrounds, these accomplished online retail business leaders are at the forefront of today’s eCommerce industry and are able to share their valuable experiences with conference delegates. Together they are a formidable panel of speakers to spearhead these forums, bringing growth to Asian businesses through knowledge sharing.

“The conference was by far a success, it gave me not only the chance of sharing the Zalora’s experience with entrepreneurs and industry experts but also the opportunity to meet other experts in eCommerce to share their experiences. Definitely an event that should be repeated year after year!” testified by Giulio Xiloyannis, Managing Director at Zalora Malaysia after participating in the 3rd Asia eCommerce Conference last year.

Over 500 global attendees and more than 100 international corporations will be joining this dynamic platform of discussion to gain excellent insights on eCommerce and m-commerce in Southeast Asia. It is hoped that this conference will be the catalyst of growth for the eCommerce industry, fueling further thoughts of innovation amongst Asian retailers.

Strong support has been shown by corporate conference sponsors such as IVIS Group, DHL eCommerce, Cybersecurity Malaysia, Vizury, Quantium Solutions, Akamai Technologies, MOLPay & MyMilan Milan just to name a few. Qusai Sarraf (CEO of IVIS Group) encourages retail businesses to be a part of the AsiaeCommerce Conference this year.

To register for the 4th Asia eCommerce Conference, please contact Chloe Chong at 603-2724 7006. For more information about the conference, visit www.e-commerceconference.com

About RebleX Business Group
RebleX, founded in 2005, has organised numerous business conferences and provided incredible networking opportunities for professionals and businesses, government bodies and private companies globally. We specialise in producing the right environment for our delegates to meet with experts from various industries around the world. Our commitment is to become the world’s leading business intelligence provider.

About Asia eCommerce Conference
Asia eCommerce Conference is one of the most outstanding business conferences, being recognized by industry leaders and experts, as a platform to unleash the power of eCommerce transformation in Asia. It brings together representatives from renowned eCommerce companies including some FORTUNE 500 companies, researchers, academics, industry specialists and delegates of other professions.

Asia eCommerce Conference is specially designed for senior managers, directors and business owners of eCommerce and online retailers. It provides a professional platform to share best practices and experiences, discuss market strategies, current business issues, trends and business matching opportunities.

 

Source : http://www.prnewswire.com/news-releases/4th-asia-ecommerce-conference-2014—showcasing-tomorrows-business-279766652.html

Read More
video image 2277

Agus Tjandra As Overseas eCommerce Speaker In Singapore

Leverage the Mobile Channel to Drive Your Customers to the Point of Sale, with increased user engagement, building greater trust in your brand promise and gaining greater profitability with increased spend. Join e-Retailers, Brands, Merchants and key players in E-Commerce, Mobile-Commerce, Mobile Payments, Mobile Appd and Mobile VAS services providers in this exciting event. Listen to successful strategies to deliver growth in a competitive marketplace!

In taking e-commerce to the next level, where mobile commerce is the game changer, the stakes are high and so your development of the right strategy to leverage this new platform is crucial, while making the right and smart decisions along the way. Consumers are showing major shifts in search and buying behaviour with more willingness to buy online and on the move, the fact of which is fundamental drivers for retailers to jump onto this bandwagon fast & furious.

Be an early adopter and seize the opportunity to drive billions of dollars through your mobile channel. This event will showcase what the successful retailers and brands are doing with their strategy and technology approaches. Featuring CASE STUDIES and Keynote Panel discussions to address priority issues and assess key opportunities in expanding into new markets and maximizing on existing markets!

What could be the next big thing in mobile e-commerce?

“Anything that could trigger instant and impulse decisions. Auctions, pre-ordering, eTicketing, Daily Deals and Group buys will be big things of Mobile Commerce…”

Agus Tjandra, CEO, Lojai.com      

Source : http://www.asher-russell.com/index.php/events/showcase/mobile-e%7C%7Ccommerce-strategy-2013

Read More
video image 2274

Agus Tjandra As Overseas eCommerce Speaker in Hongkong

Agus Tjandra merupakan pendiri “Metode cicilan online dengan Kartu Kredit” dan CEO Lojai.com (salah satu anggota idEA). Sebelumnya, ia pernah bekerja dengan Kenematsu, salah satu dari 5 perusahaan dagang terbesar Jepang dan menghabiskan 9 tahun dalam bisnis tersebut. Agus merupakan pendiri Lojaicom, yang dimiliki oleh PT. Agnaprosperindo Abadi, dan memiliki spesialisasi di bidang konsep pemasaran modern. Di tahun 2009, platform belanja online pertama Indonesia dengan sistem pembayaran paling komprehensif, www.pasarkredit.com, didirikan. Agus juga merupakan pendiri platform belanja online dengan sistem pembayaran kartu kredit (terverifikasi dan mendapat penghargaan MURI). Selain itu, Agus juga dikenal dalam industri terebut dan dinominasikan sebagai Local Inspiring eCommerce MarkBiz Icon Magazine, edisi 1 Januari 2013. Saat ini, ia menjabat sebagai wakil kepala hubungan eksternal di idEA.

Apresiasi & Penghargaan

[Top 10 Asia’s Award] Asia’s Most Admired Technopreneur Award

Riset House of Asia Media Sdn Bhd, Kuala Lumpur ~ Malaysia

November 2014
[Top 10 Asia’s Award 2014] Asia’s Most Admired Technopreneur Award

Apresiasi & Penghargaan Lainnya

1. Best Seller dalam Katalog Penjualan BII di tahun 2008
2. First Shopping Online with Secure Socket Layer di tahun 2010
3. The Most Complete payment Methods di tahun 2010
4. First Shopping Online with 3D Secure di tahun 2011
5. The Greatest Appreciation for Retail eCommerce dari BII sebagai perwakilan VISA/Master Credit Card

Read More
video image 2259

Agus Tjandra and Several Activity in Banking

Saat berbelanja online, hal apa yang menjadi pertimbangan utama atau bahkan menggagalkan niat belanja Anda? Boleh jadi sistem pembayaran yang terbatas, atau tak membuat Anda yakin untuk bertransaksi online, merupakan salah satu faktornya. Belanja online juga identik dengan membayar penuh di muka. Namun bagaimana jika Anda bisa berbelanja online dengan sistem cicilan, tertarik? Penyedia jasa e-commerce dari Indonesia, Lojai (www.lojai.com), memberikan lebih banyak pilihan mekanisme pembayaran belanja online. Lojai mengklaim sebagai satu-satunya e-commerce murni atau penyedia jasa belanja online yang sesungguhnya, di Indonesia. Dikatakan murni, karena situs belanja ini menawarkan langsung lebih dari 30 vendor dengan sekitar 200.000 produk, dan bukan sekadar “menyewakan lapak” secara online kepada produsen. Selain juga karena di situs ini terjadi praktik transaksi online menggunakan kartu kredit berlogo Visa dan Mastercard resmi, yang didukung berbagai bank ternama. “Dengan endorsement dari bank, situs belanja online lebih terpercaya. Termasuk transaksi online dengan menggunakan kartu kredit berlogo Visa dan Mastercard. Kepercayaan Visa dan Mastercard juga tak sembarangan. Mereka mengaudit perusahaan yang bekerjasama dengannya, dan menyeleksinya berdasarkan pengalaman juga legalitas,” jelas Agus Tjandra, Chief Executive Officer Lojai.com saat temu media di Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (24/11/2011). Lojai memberikan empat pilihan sistem pembayaran belanja online. Mulai dari transfer tunai, klikbca dengan fitur pembayaran e-commerce, kartu kredit, dan e-wallet melalui ponsel pintar. Situs belanja online yang didirikan Oktober 2010 ini juga memberikan pilihan pembayaran dengan cicilan hingga 12 kali, menggunakan kartu kredit. Kerjasama dengan 13 bank, lokal dan multinasional, memudahkan Lojai untuk memberikan program cicilan menggunakan kartu kredit dari bank penerbit. “Transaksi online di Lojai.com kebanyakan dari kartu kredit,” jelas Agus. Kepercayaan dari pihak penerbit kartu kredit inilah yang memungkinkan pelanggan Lojai dan pengguna kartu kredit untuk bertransaksi online dengan cicilan. Transaksi online di Lojai kebanyakan disumbangkan dari penggunaan kartu kredit, sebesar 50-60 persen. Beberapa di antaranya memilih transfer tunai, 25-35 persen. Sisanya, pembeli menggunakan fitur klikbca dan e-wallet. “Lojai adalah e-commerce pertama di Indonesia yang menyediakan fasilitas cicilan 12 kali,” klaim Agus. Belanja online menggunakan kartu kredit boleh jadi memudahkan pembeli, namun sekaligus juga menunjukkan bahwa pembeli merasa aman bertransaksi. Adanya jaminan dan infrastruktur yang baik, didukung teknologi canggih, memungkinkan transaksi online terjadi. Faktor keamanan dan keaslian produk masih menjadi pertimbangan pembeli untuk belanja online. Reputasi penyedia jasa e-commerce lah yang menentukan seberapa percaya pembeli terhadap produk yang ditawarkan melalui mekanisme belanja online. Perusahaan yang terus bertumbuh juga menjadi tolak ukur lain, jika Anda ingin memastikan apakah aman berbelanja online. Agus mengatakan, perusahaan yang didirikannya berawal dari penjualan produk melalui katalog, bekerjasama dengan bank ternama. Alhasil, kepercayaan dari pihak bank, memudahkannya menjalankan bisnis belanja online dengan pertumbuhan transaksi 20 persen pada 2010. Sejak Oktober 2010 hingga Juli 2011, pertumbuhan transaksi online Lojai mencapai 260 persen, tambahnya. Artinya, semakin banyak vendor memercayakan produknya dijual melalui Lojai, dan semakin banyak juga pembeli yang berani bertransaksi online. Lojai adalah bahasa portugis yang artinya toko. Toko online yang didirikan pria 37 tahun asal Palembang ini mencatat 220.000 pengunjung per bulan, dengan porsi seimbang, 50 persen perempuan dan 50 persen laki-laki. Produk yang ditawarkan pun bervariasi, mulai gadget, elektronik, produk fashion dan perlengkapan rumah tangga. Sebanyak 80 persen produk yang ditawarkan berasal dari berbagai vendor, yang kini mulai melirik situs belanja online untuk menggaet lebih banyak pembeli sekaligus berpromosi. Sedangkan 20 persennya merupakan produk yang hanya dijual di Lojai, dan tak dijual secara offline. Kekhawatiran mengenai keaslian produk yang dijual melalui situs belanja online juga menjadi perhatian Lojai. Agus mengatakan, Lojai tak main-main mengenai keaslian produk. Pasalnya, kualitas produk memengaruhi reputasi situs belanja online itu sendiri. “Kalau menjual barang palsu, izin menggunakan Visa dan Mastercard untuk bertransaksi online menggunakan kartu kredit bisa ditarik,” jelasnya. Prinsipnya, saat berbelanja online, bukan hanya desain, tampilan, dan produk yang dijual yang diperhatikan. Namun juga bagaimana mekanisme pembayarannya, seperti apa infrastrukturnya, layanan purna jual terutama dalam pengirimannya, dan juga reputasinya. “Lojai.com seperti departement store online, menjual produk bukan sekadar menyewakan tempat seperti mal misalnya, dengan memerhatikan setiap detil dari produk yang dijual tersebut, juga vendor yang memproduksi produk,” jelas Agus yang fokus mengedukasi publik mengenai belanja online, sekaligus memperkuat infrastuktur sebelum merilis Lojai besar-besaran pada tahun 2012.

Source : https://lifestyle.kompas.com/read/2011/11/24/18450622/belanja.online.dengan.cicilan.12.kali

Read More